11/10/08

Cerita di Atas Roda Besi


( Kereta Express Surabaya - Malang , 8 oktober 2008 )

Ada yang menyeret kulitku ketika angin tanpa baling2 mulai bertiup melewati celah2 jendela Kereta Express jurusan Surabaya-Malang. Filosofi Einstein tentang Teori Relativitas pada laju kereta aku renungkan dengan seksama. ( Mungkin Einstein bangga seandainya beliau duduk di sebelahku ). Langit gelap tanpa bintang tak menghalangi jangkauan retinaku yang lelah, memandangi tanggul-tanggul lumpur lapindo di sepanjang rel, sambil sejenak memikirkan keindahan mahkota alam Pulau Sempu sebagai tempat tujuan yang masih menjadi sebuah misteri yang belum terjelaskan.

Di atas roda besi Kereta, menawarkan sebuah doktrin2 pengetahuan baru bagiku, selain paham-paham keteknikfisikaan. Lalu-lalang penjual, pengemis, dan pengamen bersuara fals mungkin sudah wajar. Namun, saat itu aku terkesan dengan ibu setengah baya yang duduk satu bangku, tepat bersebelahan dengan kawanku. Aku terkesan bukan kerana kecantikan ato perhiasannya, tapi aku terkesan atas keramah-tamahannya.

”Anak ITS itu mutunya bagus-bagus lho..” kata ibu itu padaku dan ketiga kawanku yang duduk bersebelahan. “Ah, sama saja kok bu“ sahutku untuk membalas pujiannya. Satu jam lebih kami hanyut dalam percakapan dengan ibu ramah tadi. Mungkin ibu yang satu ini berangkat dari sebuah sosial ekonomi yang mapan. Beliau tak gengsi menceritakan secara detail anak gadisnya yang cantik, mungil, berkulit putih dan suka maen sama anak kecil. Sekarang anaknya sedang menempuh kuliah di Akuntansi Unibraw semester 7. “Namanya Nancy, ini nomer HPnya” ucapnya sambil menyodorkan HPnya kearahku. Kulirik sejenak HP Nokia itu, sambil menganggukkan kepala seolah-olah aku telah menghafalnya. Tak lama kemudian ibu setengah baya itu berpamitan turun ke Stasiun Setempat dan tak lupa meninggalkan alamat rumahnya pada kami.

Seketika aku diam, terdengar bunyi filosofis yang muncul dari kerongkongan kawan yang duduk disebelahku, “JANCUK! Wong iku mungkin germo.. yang sedang menawarkan seorang anak gadis” ucapnya. Mungkin SBY akan tersenyum sebab kemiskinan rakyat indonesia berkurang, disebabkan oleh bertambahnya SDM yang pandai berinovasi marketing semacam ini......
Ya Allah Gusti, hindarkan kami dari segala keburukan. Amin.
[Lutfi Albahroni]

Tidak ada komentar: