Siang terasa masih pagi, suasana mendung menyelimuti, kapas-kapas langit yang mengudara diatas mulai berubah kusam, ah... hari itu terasa sejuk dan nikmat sekali baca koran sambil ditemani es teh manis di warung pak Jali... ”kok tumben surabaya cuacanya gak begitu panas” – gumamku dalam hati. Keprihatinanku pada sesosok gadis berusia 12 tahun bernama Lutfiana Ulfa yang muncul di koran Jawa Pos halaman pertama waktu itu membuatku gundah. Entah berapa lagi anak dibawah umur dinegeriku yang harus kehilangan masa kanak-kanaknya. yang harus putus sekolah. yang harus menanggung malu, yang harus kehilangan teman-teman di sekolahnya, yang harus..... ( tak kan cukup di ungkapkn dg kata-kata). Bukan karena alasan ekonomi melainkan POLIGAMI.
”Umur rolas taon cuk,,,, wes di kawin....” ketus salah seorang kawan yang duduk di sebelahku. ya... saat itulah Puji tersenyum bisa nampang di koran maupun televisi, bak seorang artis yang lagi naik daun. Puji merupakan seorang pengasuh pondok pesantren yang disebut-sebut sebagai ”Syeh” (mungkin salah satu kasta tertinggi pada kaum ulama’) sekaligus pengusaha kaya raya dan sudah punya istri. Dan menurut berita beliau akan menikah lagi dengan anak yang masih berusia 8 dan 9 tahun untuk kemudian dilatih mengelola bisnis pribadinya. Sangat jauh dari sang kanjeng nabi Muhammad yang menikahi siti aisyah(9 thn) untuk kepentingan agama dan umat, bukan untuk kepentingan pribadi.
Dari sini benakku mulai bertanya-tanya : apakah Puji menderita Pedofilia? Kenapa anak sekecil itu di jadikan istri? Bukankah lebih baik dijadikan anak asuh di pondoknya? Dan yang membuatku heran, mengapa masih ada saja orang yang mengamini hal ini? Apakah hati mereka dibutakan dengan uang? Mengapa juga polisi diam saja, bukankah puji sudah jelas2 melanggar undang-undang perkawinan dan perlindungan anak di republikku?
Begitulah dinding budaya yang ada di republik ini, sudah muak’ aku melihat sikap aparat2 hukum yang selalu mlempem jika menghadapi kaum2 yang punya kekuatan uang dan politik seperti Puji. Kelakuan Puji jika dibiarkan bisa menjadi surga bagi kaum Pedofilia dan poligamers di republik ini. Dengan mengatasnamakan agama dan dalil mereka seolah mampu menjerat mangsa dan terhindar dari jeratan hukum. Hidup kaya raya, punya banyak istri muda, kepuasan seksual, dan kebal hukum......
Wallahualambisawab
Regards,
The Special_1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar