17/09/08

Ketika Darwin Tersenyum


14:56 am

Pengkaderan,, sebuah kegiatan yg melaju tanpa henti tiap tahun yang kadang membuat anak2 adam menjadi jenuh. Tapi tanpa pengkaderan kadang juga menyebalkan. Setidaknya banyak sensasi hidup yang membuat miris, meringis, bahkan tertawa. Pengkaderan menawarkan sebuah patologi pengetahuan baru yang kadang ekstrim, Di sini aku pernah melihat seorang maba cewek yg cantik di bentak rame2, seorang “maba2 lugu” bercumbu dengan pisuhan2, atau beberapa senior yang sedang PDKT.

15:18 am

Tapi yang pasti, dalam struktur geografis ITS,,.ada beberapa tipe Pengkaderan yg beragam ditentukan oleh status sosial masing2 jurusan dan banyaknya jenis kelamin yg dominan. Misalnya di jur. Biologi, kimia, statistic, dsb yang notabene banyak berjenis kelamin betina tidak sekeras pengkaderan di jur. Mesin, Tekfis, maupun Demits. Lambat laun terjadi semacam seleksi alam dan inovasi hidup,, dari maba yang dulunya diperlakukan bagaikan sorang “badut”,, ataupun bak “HomoSapiens”,, dan sekarang banyak maba yg kaya raya ( mugkin 7 % dari penduduk Indonesia) diperlakukan lebih manusiawi dg diberikan banyak “kesempatan”….. Sampai disini seleksi alam mulai terbukti dan teruji setiap zaman,, mungkin Ketika itulah Darwin bisa tersenyum lega…………..

16:00 am

Lupakan sejenak untuk pengkaderan,, karena aku sering menjumpai tentang sebuah lantunan filsafat “Jancuk” disekitar kampusku yang melaju tanpa henti tiap hari. Mungkin ini sebuah fenomena yang wajar...di tengah situasi politik negeriku yang “complicated” dan penuh basa basi busuk ini. Apalagi lihat mahasiswa ITS yg sibuk merias diri dan para “pejabat” gencar mengeluarkan kebijakan tanpa melihat lapangan yang menjerat leher mahasiswa. Sangat miris, merintis hati ini, ketika mendengar ucapan “Dancuk, SPP mundak maneh cuk” atau seperti ini “ Jancuk, aku gak duwe duwet gawe mbayar SPP, utangi aku po’o Cuk?”.

16:13 am

Berkali-kali dada ini sesak dan seperti ingin meneteskan “air mata” akan “Vivat Dancok” yang berhamburan. Kehadiran warga miskin,asongan, pengemis, dan pengamen 4 tahun lalu di kenjeran bersama F39 membuat aku terkesan. Beberapa anak bangsa, yg kreative, smart...duduk di kafe masjid (menuggu takjil), ber-AC-kan angin pantai dan berdiskusi tentang hidup yang paling tepat.

16 : 26 am

Jika kenyataannya seperti itu, mungkin aku hanya pria biasa yang bisa menikmati laju sepeda motor tua peniggalan kakak2ku menuju desa santri di Tuban dengan sawah2 cantik yang tersebar, sembari merenungi kata-kata ”Jancuk, kapan kemiskinan di negeriku bisa dihapus........ ”
Ya Allah Gusti Pengeran Kulo.... Ampuni segala Dosaku dan kedua Orang Tuaku,, semoga nti aq bisa buka bersama di Masjid dan begitu besar hikmah yang aku peroleh. Amin....... [Lutfi Albahroni]

Special Thanks to : My Best Friend M.Daimul Ihsan (Almarhum)